Pin: Bukan Sekadar Kebanggaan, tapi Sebuah Identitas Muslim

Oleh: Abu Tholib
                       
            Aku tidak sengaja melihat Oprec Relawan Nusantara (RN) di Whatsapp saat itu. Aku hanya menandai pesan itu, mungkin nanti aku akan membacanya, pikirku. Di pagi hari, aku lupa jamnya, jam berapa. Aku melihat lagi oprec RN tersebut. Pikiranku mulai bingung, aku mau ikut jadi relawan apa tidak ya? Sedangkan, aku tidak punya sepeda motor, keseharianku naik sepeda dayung, apa aku bisa ikut dan aktif? Apa tidak capek?. Kalau kalian tau, Aku ini tiap Sabtu-Minggu pulang ke rumah naik sepeda dayung, jaraknya cukup jauh 20 KM. Biasanya aku menghabiskan 1-1,5 jam itu untuk sampai ke rumah. Hal itu yang kulakukan setiap pekannya. Alasannya itu, Karena aku mengajar anak-anak desa, semacam relawan juga, tapi aku jadi relawan sendiri bukan komunitas. Lalu, kucoba pikir-pikir lagi manfaatnya bagi komunitas di rumahku, untuk lebih meyakinkan diri, jadi kuputuskan untuk sholat dulu. Alhamdulillah, pikiranku dan hati ku sesinergi, jadi kuputuskan aku ikut organisasi tersebut.         

            Akhirnya, aku mendaftar jadi RN. Baru mau daftar, aku susah mau ngisi formulirnya. Bukan formulirnya salah tapi sinyal HP-ku yang sulit. Beberapa kali aku coba masih belum bisa juga, aku merasa bingung daftar jadi ku coba sekali lagi, dan hasilnya masih kurang jelas, biodatanya sudah masuk apa tidak. Aku tidak tau juga. Jadi aku pasrah saja, tiap hari hidupku berjalan seperti biasanya. Aku lupa pula tanggal berapa itu, ternyata aku sudah masuk ke grup Whatsapp orientasi RN. Wow...aku merasa bangga, dan aku posting di Story Whatsapp, dengan begitu senangnya aku bilang ke orang tua, kakak, dan teman-temanku di kampus. Akhirnya di grup tersebut ada pengumuman Orientasi RN. Saat itu kira-kira tanggal 23 Januari 2018 pelaksaan Oprec, dan besoknya aku mau ke Pare (Kampung Inggris). Pikiranku bingung lagi, apa aku mau ikut Orientasi ini apa tidak ya?, sedangkan aku besok harus bersiap-siap pergi ke Pare. Orang tua dan kakakku keberatan kalau aku pergi ke Orientasi itu katanya, “enggak ada kendaraan, dan pula persiapan untuk pergi ke Pare besoknya.” Tapi Niatku sudah bulat, jadi dengan agak nekat, aku naik angkot saja, menuju ke tempat Orientasi tersebut. Alhamdulillah, diberi selamat oleh Allah SWT.


Akhirnya, aku sampai di tempat orientasi RN tersebut. Ternyata, aku sampai di sana nomor 2 tercepat dari teman-teman baru orientasi. Pikirku, terlalu semangat ini. Tidak tau ya, di saat orientasi gelora semangat untuk berdikasi bagi umat muncul lagi, jadi aku benar-benar kepo tentang RN ini. Jadi aku tanya aja ke kakak seniorku, tentang RN, kenapa ada Rumah Zakat (RN) pula, tanya tentang apa pun tentang RN? Jadi saat masih registrasi aku liat-liat terus foto-foto kegiatannya dan aku bertanya pula, sedangkan teman-teman yang lain duduk, mengobrol dengan temannya, aku tidak. Akhirnya teman-teman sudah banyak yang kumpul, dan acaranya pun akan dimulai, semangatku tetap tinggi, jadi aku coba mencatat semua materi yang disampaikan. Aku mencatatnya, dan memahami pula. Pada saat itu pula, di sesi ice breaking. Ada pertanyaan seputar RN, Dengan berani aku coba saja menjawabnya, Alhamdulillah, aku mampu menjawabnya, walau enggak semuanya benar, modal berani dan yakin saja. Aku menjawab sambil ketawa. Akhirnya Ketua RN Jember, memberiku Pin RN. Pikirku, ini sebuah kebanggaan menjadi Relawan. Aku pasangkan di baju sebelah kananku, sebagai wujud kebanggaanku.

Akhirnya acarapun akan selesai, sebelum selesai, ada acara lagi, namanya Aksi Berbagi Bungkus Nasi. Jadi sebelum berbagi Aksi itu, dibentuk kelompok, 2 Laki-laki dan 2 Perempuan. Dan aku tidak kenal pula dengan 2 perempuan tersebut. Namun itu bukan sebuah masalah meskipun tidak kenal, yang terpenting kita punya tujuan yang sama. Aksi berbagi itu, memberi nasi bungkus kepada orang yang membutuhkan. Kelompokku kebagian kanan jalan, akhirnya kita mulai mencari orang yang membutuhkan. Namun, beberapa menit kemudian hujan rintik-rintik dan mulai deras mengguyuri kita. Alhamdulillah, aku melihat 2 tukang becak. Pas banget, kataku. Akhirnya kita memutuskan memberi nasi ke 2 tukang becak tersebut. Saat bersamaan itu hujan semakin deras, jadi aku mengobrol saja dengan 2 perempuan tersebut. Dan lucunya, ternyata salah satu perempuan itu, kita pernah satu kenal saat MKU (Mata Kuliah Umum), dan pernah lolos bersamaan saat PKM dan dia yang kenal dulu denganku. Sebelum kenal, aku cuma bisa lihat dia saja dan tidak berani ngobrol dengan dia, tapi setelah ikut Relawan, jadi bisa mengobrol panjang lebar di saat bagi Aksi Berbagi Bungkus Nasi. Mungkin nanti bisa menjadi bidadariku di Dunia dan Surga, Itu pemikiran konyolku.

Satu hari kemudian, aku berangkat ke Pare untuk belajar bahasa Inggris, yang tujuannya biar lebih baik lagi mengajar bahasa Inggris di desa ku. Dan hal yang paling mengesankan dan mengubah hidupku saat itu, ketika aku memakai pin Relawan yang dapat saat Orientasi, aku memiliki kebanggan tersendiri pada diriku. Aku lebih berani dan lebih humble untuk menolong orang lain, pada saat itulah aku dipertemukan dengan teman baru ku, dia bernama Fahmi, asalnya dari Aceh, yang pastinya agama islam sangat kental. Akhirnya kita sharing bersama tentang Islam, dan dia setiap sholat 5 waktu selalu mengajak aku ke masjid. Dia bercerita tentang keutamaan-keutamaannya sholat di Masjid. Saat itulah hidupku berubah, yang biasanya jarang ke Masjid, hanya sholat di rumah dan enggak tepat waktu pula, tapi setelah kenal dengan dia aku selalu ke Masjid. Hidupku mulai berubah dan rencana masa depanku berubah pula. Hanya karena aku memakai pin relawan itu, dia tertarik untuk mengajakku menjadi pribadi muslim Kaffah.

                     .

                       

Komentar